Jumat, 08 Januari 2016

[Movie Review] Negeri Van Oranje

Looking some path post from my friends encourages me to watch this movie. Finally this year I start the activity which has been skipped in last year, watch Indonesian movie regularly #KamisKeBioskop #BanggaNontonFilmIndonesia. This Thursday I went to Blok M Square to watch the movie then searched old book.

Negeri Van Oranje tells the story about woman and her four men best friends who spent their college life in Netherland. As you may guess, the story is about friendship and love story. I didn't expect much from this movie, beside getting life spirit to pursue the dream (because I know that this movie about graduate degree students' life). I hoped that I was being energized after watching this movie.

Photo courtesy: imdb.com

I won't tell you about the story or plot. Nevertheless, I want to tell my opinion regarding that movie. Overall the movie is so eye candy. If you just want to be entertained, this movie should be fit for you. This movie presents a lot of beautiful scenery with beauty shot. The director of photography should be appreciated. Furthermore the colorist added the value by increasing the saturation and made this movie so vivid. Netherland and Prague look so breathtaking in this movie. I really appreciate those things. The other good point is that this movie has strong characters. Lintang, Banjar, Wicak, Gery and Dion have their own style through their dialogue, narrative background and also wardrobe. Wardrobe department can't be forgotten as well. Because they succeed to make character stronger with the clothing option which is so characteristic. Anyway after watching this movie, I just opened Zalora and searched shirt option through this e-commerce.

Every movies has good and bad things, hasn't it? I didn't really enjoy the screenplay actually. The way they do dialogue is less natural. The cause-effect is also still weak. There are many effect that the reason is not strong or clear enough. Then many scenes which are so straightforward.

However, the look of Tatjana Saphira and other visual things made me feel this movie is worth to watch. Let's enjoy it in you favourite cinema :)

NIZARLAND
"Where The Land Inspires The World"

Selasa, 27 Mei 2014

1st UI Film Festival, SUCCESS !!!

Finally, after couple of years to prepare, UI Film Festival was successfully. Even, it was the first time of UI Film Festival, about 55 short movie have been registered. Good start, indeed. UI Film Festival had been held for 3 days. I just went there for last day and just enjoyed the last screening which screened short movie that was produced by UI Filmmaker. I liked AFEKSI by FTUI and Selamat Ulang Tahun Shing by FISIP.

The pictures of last screening,





More pictures 




It continued to awarding night at 7 p.m. Generally, the rundown were announcement of The Most Favourite Movie, The Best Director and The Best Movie. El Clasico is the most favourite movie for this festival. The best director goest to Abdul Razzaq by his title Hectic. And for the best movie goes to Pohon Uang, directed by Aby Azy. Beside the announcement, there was entertainment by Senar Budaya and Music Bengkel. And also screening  A Lady Caddy Who Never Saw a Hole in One. In the end, they played movie which is the winner in this festival. So, I watched El Clasico, Hectic and Pohon Uang.

Personally, i was being grateful. It was our aim since three years ago and finally we did it. Sinematografi UI can execute Film Festival. I wish this event can continue to next year regularly. See you and keep support our local movie :)

Master of Ceremony

The Best Director

The Best Movie

Other pictures 
Senar Budaya

Finalist

We are Sinematografi UI

Me and "Mira Lesmana" ;P

NIZARLAND
"Where The Land Inspires The World"

Rabu, 21 Mei 2014

[Upcoming Event] UI Film Festival 2014

UI Film Festival adalah sebuah festival film pendek mahasiswa dan merupakan sebuah program yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Sinematografi UI. UI Film Festival bertujuan untuk menjadi wadah apresiasi dan kontribusi mahasiswa se-Indonesia yang memiliki minat dan bakat dalam bidang perfilman.

Salah satu program UI Film Festival adalah kompetisi film pendek mahasiswa yang dibuka sejak tanggal 21 Februari 2014 hingga batas akhir pengumpulan karya tanggal 1 April 2014, kompetisi ini terbuka untuk seluruh mahasiswa se-Indonesia. Film-film kompetisi ini nantinya akan memperebutkan 3 kategori pemenang yaitu Film Terbaik, Sutradara terbaik dan juga Film Terfavorit pilihan penonton.

Selain itu, rangkaian program yang akan ada di UI Film Festival antara lain adalah program pemutaran film yang dibagi menjadi 3 kategori yaitu Sinema Mahasiswa: pemutaran film pendek karya mahasiswa dalam kategori kompetisi dan non-kompetisi, Sine UI (pemutaran film pendek karya mahasiswa Universitas Indonesia), Mengenang Karya (pemutaran film-film pendek karya Sutradara terkenal di-Indonesia pada saat masih berstatus sebagai mahasiswa) serta Special Screening untuk film-film pendek undangan.


UI Film Festival akan dilaksanakan pada tanggal 22-24 Mei 2014 di Kampus Universitas Indonesia, Depok. UI Film Festival akan menyuguhkan serangkaian program menarik untuk mengisi acara UI Film Festival. UI Film Festival ini diharapkan dapat menginspirasi dan meningkatkan apresiasi dan kontribusi mahasiswa terhadap dunia perfilman Indonesia.

Mari datang ke UI Film Festival dan sama-sama mengapresiasi film pendek karya mahasiswa!


Untuk info dan jadwal program screening lebih lanjut, sila pantau terus linimasa @SinematografiUI.

Hari & Tanggal         : Kamis – Sabtu, 22 – 24 Mei 2014
Tempat                     : Kampus Universitas Indonesia, Depok
Narahubung              : @SinematografiUI 
Gratis. Terbuka untuk umum.

NIZARLAND
"Where The Land Inspires The World"

Jumat, 09 Mei 2014

Lesson from Short Movie Production (AROGANSI)

The latest post before this one, I posted about short movie project competition in here. This project has been over. I personally feel blessed as part of this project. I want to say great thanks to my humble and knowledgeable mentor, mas Angga Dwimas Sasongko. He shared us a lot about mindset as director, technical issues and absolutely told about his experience.

I got much lesson for myself personally. I will write down the details:
  1. Director should share his/her vision to crews and cast. Explain and describe the reason why we have to do this treatment, why the cast have to act like somebody, why the camera have to be located in that position.
  2. Director is longtime commitment. I think it’s hard to be director in two, three or more films in one time. Even the first film in break time, we still have mindset/style of first film. Eventually it affects the second film which not totally produced.
  3. Keep  the ideas of everyone as much as we can. Execute that we think relevant to our vision. Explain wisely to others if the ideas not relevant.
  4. Scheduling as detail as you can. Prepare anything for shooting day. Equipment, battery,  property, etc
  5. Don't hesitate to ask our cast to re-take if we still not sure about the shot.
  6. Pepare enough time for editing. And we should do preview first in another day with full crew and cast. If the vision doesn't catch in that movie, just re-edit or even should do re-take
  7. And the last but not least, I have been learnt by character in this film, Wisnu Suryatama. Whatever we achieved, do the best for our goal and don't be arrogant.
Full crew and two cast at Awarding Night

NIZARLAND
"Where The Land Inspires The World"

Minggu, 22 Desember 2013

Kineforum Misbar: Gerimis Gak Bubar

Nonton layar tancep, di malam hari, dengan oksigen yang masih berlimpah di ruangan terbuka, serta dengan sensasi pake Jas Hujan dan rintikan air hujan yang membasahinya emang seru banget. Beberapa minggu yang lalu gue dateng ke Kineforum Misbar. Ini semacam teater, eh bukan sih kayak tempat nonton lah, layar tancepan gitu, di Monas. Gue udah lama banget kepengen dateng kesini, sejak liat dari twitternya Kineforum tentang gambar 3D kineforum misbar ini.

Gue dateng dua hari, hari Jumatnya di kala kebanyakan orang ke DWP, gue malah seru sendiri ke Monas. Dan besokannya yaitu sabtu, malem minggu. Hari Jumat ini, gue sendiri ke Monasnya. Dengan berpakaian baju koko dari kantor (maklum hari Jumat, kadang-kadang ke kantornya kokoan), gue melaju ke tempat misbar ini. Eh ternyata pas sampe disana gue ketemu banyak temen gue juga, mulai dari anak kineforumnya yang jaga, terus ada senior dan junior kampus yang juga dateng. That's why gue gak pernah ngerasa "awkward" atau gimana kalo dateng ke acara sendirian, nanti juga ketemu orang. Kalo gak ketemu orang ya kenalan aja (modus) hahaha.

Venue nya kayak gini. Seru kaaaan :D

Yok! Mari kita nonton film Indonesia

Ini ruang tunggu sebelom nonton. Kiri loket tiket. Kanan tempat jajan

Jumat itu gue mengawali dengan nonton Janji Joni karya Joko Anwar. Dari dulu sampai sekarang gue tetep jatuh cinta sama film itu. Filmnya tuh unik, menceritakan tentang profesi yang unik yaitu pengantar roll film, trus storytellingnya Joko Anwar juga cerdas, ditambah deretan artis yang ada di film itu. Walaupun cuma sebagai figuran, tapi banyak banget artis papan atas yang berperan di Janji Joni. Pokoknya two thumbs up deh buat film favorit gue satu itu.

Kemudian film dilanjutkan dengan Belkibolang. Satu film omnibus yang terdiri dari 12 film pendek. Dan ternyata Belkibolang itu artinya Belok Kiri Boleh Langsung. Hahahahaha absurd banget yah. Anyway salah satu film pendek yang jadi favorit gue yaitu "Percakapan Ini" atau bahasa inggrisnya "Chit-Chat". Dan ternyata sutradaranya Ifa Isfansyah, pantesan gue jatuh cinta sama film itu. Baru pernah ngeliat tipe film yang flashback kayak gitu aja. Bukan flashback biasa kayak kebanyakan film-film loh ya. Pokoknya seru deh.

Atasnya kosong melompong tanpa atap

Seat untuk nontonnya

Layar tancepnya

Belkibolang ini mulai dari film yang gue suka, film yang gue ga ngerti dan film yang rada-rada 18++  juga ada. Tapi sejujurnya pas belkibolang ini gue nontonnya gak begitu fokus karena di depan gue ada Ladya Cheryl. Aduh emang kayaknya kampungan banget ya gue hahaha tapi abisnya si Ladya Cheryl ini beneran lucu menggemaskan banget bikin gak konsen. Mau cerita tentang Ladya Cheryl? Ini gue ceritain yah.

Jadi waktu sebelom Belkibolang diputer dan gue liat ada si aktris yang satu ini. Trus gue sih diem aja sambil ngomong dalem hati "wuih, lucu ya. kecil imut-imut gitu pokoknya". Awalnya sih gue mau negor tapi malu-malu kucing biasalah. Waktu gue mau negor eh dia dipanggil sama temen-temen filmmaker lainnya. Yaudah gue diem aja, sambil nungguin. Trus pas dia lagi berdua sama temennya yang ternyata filmmaker Belkibolang itu gue langsung samperin dan to the point bilang "Mba Ladya boleh foto bareng ga?", sambil nyodorin note gue ke temennya itu. Trus difotoin deh kita lagi sama-sama pake jas ujan, soalnya waktu itu emang lagi lumayan ujan. Tapi yes akhirnya gue dapet foto bareng juga. Jadi berasa udah afdhol dateng ke misbar ini. Gue suka banget sama Ladya Cheryl sebenernya di film garapan Mouly Surya yang berjudul Fiksi. Gue ngobrol-ngobrol sedikit sama Ladya Cheryl yang jadi satu experince yang menarik dalam hidup gue. Gak bisa gue ceritain karena takutnya kepanjangan. Intinya Ladya Cheryl merupakan artis lucu, cantik, sederhana, dan menggemaskan, serta humble banget di mata gue. Semoga next time ketemu lagi ya mba Ladya :)

Foto bareng Ladya Cheryl yang menggemaskan dan baik hati

Foto bareng Junior RTC

Di hari kedua, sabtu malem minggu gue niatnya mau nonton Nagabonar yang jaman dahulu kala abis itu baru lanjut film Omnibus Sinema Purnama. Tapi dikarenakan gue cape dan ketiduran bentar, jadi gak dapet Nagabonar. Gue cuma nonton Sinema Purnama bareng anak Sinematografi UI (Danang dan Ajik), serta si Shakadut (temen kantor gue ) yang bawa sepupunya.

Di hari kedua ini cuaca lebih bersahabat sih, gak ujan. Dan Sinema Purnama memberikan gue banyak insight tentang film Omnibus. Bagus sih filmnya. Mantap.

Overall seru banget nonton di Kineforum Misbar ini. Bener-bener kasih experience yang beda banget dalam nonton film. Yang biasanya duduk di biskop dengan seat yang empuk trus ruangan berAC dan makannya popcorn atau hotdog. Ini bisa di ruangan terbuka, sambil pake jas ujan dan rintik-rintik hujan sambilan makan pop mie atau susu hanget. Beh ajib banget, apalagi kalo bisa ditemenenin pacar. Pasti seruuuuu :") #curcol hahaha

Thank you yah Kineforum. Sering-sering bikin kayak gini dong. Setiap malam minggu adain screening lagi di Monas. Bangunan Kineforum Misbarnya dibikin permanen aja. Bagus. Sayang kalo dirubuhin cuma untuk screening beberapa hari :D

NIZARLAND
"Where The Land Inspires The World"

Minggu, 26 Mei 2013

[Review] What They Don't Talk About When They Talk About Love

Ya, film ini emang panjang sekali judulnya Agak susah sih ketika lo mau nyebut nama filmnya pas mau beli tiket. Tapi ya sudahlah ya. Terbayar juga dengan kenikmatan ketika menonton filmnya.

Film ini merupakan film garapan Mouly Surya. Sejujurnya, gue belom tau dengan jelas siapa Mouly Surya ini. Secara, gue baru suka film Indonesia hampir setahun belakangan ini. Tapi kalo lihat di wikipedia, mba Mouly Surya ini merupakan Sutradara film Fiksi yang berhasil menjadi Sutradara Terbaik di ajang FFI (Festival Film Indonesia).

Mari kita sederhanakan dulu What They Don't Talk About When They Talk About Love ini menjadi Don't Talk Love. Biar gampang nulis dan bacanya juga.


Sejujurnya, yang bikin gue tertarik nonton film ini pertama adalah karena film ini diputer di Sundance Film Festival. Dan entah kenapa banyak filmmaker, aktris/aktor, aktivis festival film, dll yang juga menyarankan untuk nonton film ini di bioskop. Tapi ketika nanya temen kantor gue yang udah nonton film ini, dia bilang "Hmmm gue sih gak suka ya sama filmnya". Tapi karena gue bukan tipe orang yang bilang film bagus karena banyak orang yang bilang film itu bagus, dan sebaliknya. Jadi mendingan gue langsung nonton di bioskop aja.

Film ini berceritakan tentang kaum disabilitas. Ada Karina Salim yang hanya bisa melihat dengan jarak 2cm. Ada Ayu Shita yang gak bisa ngelihat (Tuna Netra). Dan Nicholas Saputra yang gak bisa ngomong (Tuna Wicara). Dan beberapa tokoh lainnya. Film ini mengupas ketulusan kisah cinta para kaum disabilitas.

Karina salim (Diana) jatuh cinta dengan Andhika, seorang pria yang sering menggunakan topi. Keterbatasan dia untuk melihat tidak menghalanginya untuk merasakan perasaan jatuh cinta tersebut. Andhika juga merupakan seorang Tuna Netra, sehingga Diana berusaha sebagai mana mungkin dengan untuk mendapatkan perhatian dari Andhika.

Andhika & Diana

Di sisi lain Nicholas Saputra (Edo), memiliki ketertarikan dengan Ayu Shita (Fitri). Edo yang merupakan anak penjaga warung jajan di sekolah. Dia sering mengamati saat Fitri sedang berbincang-bincang di meja menikmati jajanan sekolah, bahkan mengintip saat Fitri dan pacarnya sedang berhubungan intim di kamar. Ketika itu, Edo jatuh cinta pada Fitri, tetapi dia hanya bisa mencoleknya pada pertama kali, karena keterbatasannya untuk berbicara. Lama kelamaan, Edo pun belajar huruf braille dan surat-suratan dengan Fitri.

Keindahan Don't Talk Love terdapat pada insight yang ingin disampaikan. Ketika kebanyakan orang jatuh cinta karena tampang, harta, dan segalanya serta dapat mengutarakan cinta dengan sewajarnya. Film ini menyajikan sesuatu yang berbeda. Contohnya Diana dan Edo. Ketika Edo bisa menikmati kecantikan Fitri, tetapi dia tidak bisa mengungkapkannya dengan keterbatasan bicaranya. Di sisi lain, Fitri juga tidak bisa melihat bagaimana tampang edo.

Fitri & Edo

Penggarapan yang luar biasa dari Mouly Surya, membuat film ini asik untuk dinikmati. Sedikitnya dialog yang diutarakan membuat film ini berasa semakin tulus yang digambarkan dengan akting para pemainnya. I love they way to act. Keindahan cerita, dialog, dan akting, semuanya ada di film ini. TOP!

Rate: 8.3/10

NIZARLAND
"Where The Land Inspires The World"

Minggu, 05 Mei 2013

[Review] 9 Summers 10 Autumns The Movie

Saat tahun 2011, gue sudah dipertemukan dengan Novel yang satu ini. 9 Summers 10 Autums. Secara pribadi, gue bukan pembaca novel. Tapi gue emang suka dengan buku yang berhubungan dengan 'Self Development'. Ditambah lagi, pertama kali gue tau novel ini dari penulisnya langsung. Mas Iwan Setyawan pernah bicara di depan gue dan ratusan orang lainnya dan berbagi tentang kisah hidupnya itu. Mulai darisana lah, gue jatuh cinta sama yang namanya 9 Summers 10 Autumns.

Denger novel ini akan di-film-in, gue seneng banget. Ditambah tau, sutradaranya itu mas Ifa Isfansyah. Senengnya jadi berkali-kali lipat, karena gue yakin filmnya akan oke.


9 Summers 10 Autumns ini simpelnya, berceritakan tentang anak supir angkot yang tinggal di kota Malang, dia berhasil menjadi direktur salah satu perusahaan di New York. Makanya slogan, atau tagline buku ini "From Apple to Big Apple".

Cerita dari film ini sangatlah simpel dan mudah dinikmati. Kesederhanaan film ini tidaklah membuat film ini menjadi "murahan" dan "begitu aja". Karena, dibalik ceritanya yang simpel, gue suka dengan pengambilan gambar di film ini. Buat Gandang Warah dan tim sebagai DOP nya yang telah merumuskan segala macem angle kamera, kalian keren banget. Salah satu keunggulan film ini dari pengambilan gambarnya. Dan juga tone warna yang dibuat oleh colourist membuat film ini menjadi lebih sederhana dan enak untuk di nikmati.


Emang sepertinya mas Ifa Isfansyah gak pernah gagal dalam setiap karyanya. Di film ini, dia berhasil menyajikan sesuatu yang tidak flat. Walaupun mungkin dari cerita begitu saja dan mudah ketebak, tetapi mas Ifa merumuskan film ini dengan alur maju  mundur, sehingga tidak begitu membosankan. Ditambah lagi, akting dari beberapa pemain yang menurut gue oke mulai dari Ihsan Tarore yang dari gaya jalannya aja mirip banget sama mas Iwan Setyawan dan juga Ibu dan Bapak yang diperankan oleh Alex Komang dan Dewi Irawan membuat film ini semakin berkualitas.

Film ini memang penuh dengan inspirasi dan motivasi. Tetapi hal itu tidak diperlihatkan secara langsung seperti rasanya "digurui" oleh film. Tapi dengan kesederhanaan setiap kisah di film ini, mampu membuat emosi terpancing dengan adanya lika-liku di kehidupan seorang Iwan Setyawan.


Buat yang belom nonton, coba deh tonton di bioskop. Ajak pacar, temen, atau bokap nyokap juga oke kok. Kalo bukan kita yang nonton Film Indonesia, siapa lagi? Dan pastinya film ini mudah, sederhana dan berkualitas untuk dinikmati. Selamat menonton ;)

Aku memang tidak bisa memilih masa kecilku, tapi masa depan itu hanya kita yang hanya bisa melukiskannya.

Film itu cuma dua jam, makanya segalanya dibikin cepat. Emang kamu mau hidup kamu kayak di film, cuma dua jam?

Rate: 8.2/10

NIZARLAND
"Where The Land Inspires The World"

Selasa, 16 April 2013

[Review] Java Heat: Culture Display in Modern Way

The first time when my mate as Publicist invited me to attend pre-screening Java Heat, i didn't really know about this movie. I just ever read Java Heat via twitter at a glance. Then, i read synopsis from 21cineplex and also watched the trailer.

Pre-screening Java Heat

This movie is about Malik (Mickey Rourke) who want to get classic and valuable jewel of  Princess Sultana (Atiqah Hasiholan). Jake (Kellan Lutz), ex-navy from USA came to Yogyakarta to arrest Malik. But, he had been investigated by Letnan Hashim (Ario Bayu). Since, he is the man who have last conversation with Princess Sultana before the bomb accident happened. In the mean time, Jake and Letnan Hashim collaborate to arrest Malik, because Letnan Hashim's family is catched by Malik.

The first reason why I love this action movie, because it was produced by Indonesian. Both of crew or cast. Some people said "It is Hollywood movie which only take shots in Indonesia. Director, producer and core crew from Hollywood". But, according to Verdi Solaiman, "It also Indonesian movie. All crew and cast is mixed between Hollywood and Indonesia. Many of top Indonesian Filmmaker have a role in this movie production". Really proud to Indonesian filmmaker who always try to produce high quality movie.

Courtesy: Kapanlagi.com

I recommend all of you to watch this movie in cinema. Why? Because this movie has great sound that you have to enjoy clearly. And also, Yogyakarta beauty scenery such as Borobudur, Taman Sari, etc is one of the reason why I enjoy Java Heat. You won't feel bored in Cinema, since the action was awesome. The way the car crushing, the way the gun shooting, the way blood dripping will stimulate your eye to focus on the screen.

I personally think, this movie also great to be watched for foreigner who want to know about Indonesian Cultures. Conor Allyn as Director succeeded to show many cultures in this movie. Such as the way bathing the dead person, the way children kiss parent's hand when gonna go to school, call "Mas" as brother's calling, Pencak Silat as one of Indonesian martial, etc.

Java Heat isn't movie which only stick to action, but also it has great storyline. Even ending of this movie is not high as i expected, but it still one of the movie that you have watch in Cinema. You can  enjoy this movie since April 18th, 2013.

With Director and Cast Java Heat

It's your chance to enjoy movie which Indonesian cast have great acting with Top Hollywood Actor such as Kellan Lutz (Twillight) and Mickey Rourke (Iron Man 2). For whoever thought "Indonesian movie is so so. Just horror movie with some sex scene, etc". Please watch this movie. You won't underestimate Indonesian movie after watch this movie. Even it's collaborated by Hollywood.

Rate: 8/10

NIZARLAND
"Where The Land Inspires The World"

Sabtu, 06 April 2013

[Review] Madre The Movie

Ini adalah salah satu film Indonesia yang gue tunggu-tunggu. Gue bukan pembaca novel. Jadi gak tau sama sekali apa ceritanya. Yang gue tau cuma ini filmnya berceritakan tentang "roti" dan "blog". Dua kata itu yang sebenernya membuat gue penasaran sama film ini.

Madre menceritakan tentang seorang pemuda bernama Tansen yang memiliki kehidupan yang sangat bebas. Dia hobi surfing dan berbagi pengalamannya melalui blog. Sampai suatu saat dia mendapatkan warisan dari kakeknya. Sebuah kunci yang merubah hidup dia. Ternyata kunci itu merupakan kunci untuk membuka kulkas di toko roti tua yang berada di Bandung. Nama toko roti tersebut Tan De Bakker. Ketika dibuka, ada setoples adonan roti yang ternyata itulah yang diwariskan sang kakek untuk tansen. Adonan roti yang disebut Madre. Untuk kisah selanjutnya silahkan tonton film ini di bioskop. Mari mulai untuk menonton film Indonesia di bioskop sebagai bukti konkrit anda memajukan perfilman Indonesia.


Menurut gue, film ini ceritanya sih oke, tapi penyutradaraannya saja yang gak oke. Packagingnya gak bagus. Ketika gue nonton, gue gak bisa mendapatkan emosi yang "smooth". Emosi yang didapatkan selalu terpatah-patah dan tidak membentuk track yang jelas. Hmmm apa ya? Jadi semacam cast nya disuruh "ayo akting sedih!", "ayo bahagia!", "ayo ketawa!". Jadi abis emosinya bahagia, tiba-tiba bisa jadi langsung sedih dan tanpa ada transisi emosi yang jelas diantaranya.

Banyak juga scene dimana cast atau figuran terlihat setengah ketawa, penggarapan karakternya kurang kuat. Dan vino pun, ya seperti vino-vino di film lainnya yang selengean dan ya kayak gitu. Nothing special. Banyak adengan nabrak sama orang yang sangat terlihat dibuat-buat dan sangat ga penting.


Seperti yang  gue bilang sebelumnya, gue belum pernah membaca novelnya, jadi tidak tahu apakah cerita ini bergenre komedi atau tidak. But honestly, the movie is trying to hard to be funny. Lawakannya tuh gak natural. Gak bikin gue ketawa sampai ngakak juga. Kayaknya kalo emang dibikin lebih serius, nilai-nilai dari film ini justru akan lebih nyampe.

Dari segi cerita pun ya ketebak banget. Gue tau abis ini akan ngapain. Abis ini ngapain, ketebak aja. Standar. Gak ada bagian yang gue berfikir "wanjir! ternyata kok gini ya?". Dan pas endingnya pun "lah? udah selesai?". Dan bukan hanya gue yang berfikir kayak gitu, karena pada saat nonton pun, di ending gue denger banyak yang reflek berkata "lah?". Menandakan mereka merasakan sama dengan apa yang gue rasakan.


Dari segi pengambilan gambar sih biasa aja. Tapi objek gambar yang diambil emang bagus. Toko roti yang tua, suasana kota bandung, bali, ke-vintage-an film ini menambah nilai positif di film ini. Dan Laura Basuki dengan segala macam pakaiannya sangat terlihat cantik di film ini sehingga gue gak bosen-bosen untuk menunggu scene dia yang selanjutnya. hehehe

Soundtrack yang dibuat juga menurut gue oke, gue suka soundtrack instrumental yang diputer. Jadi bikin toko roti dan ceritanya terlihat semakin istimewa dan unik. Dan "Jodoh Pasti Bertemu" nya afgan juga still not bad untuk menambah aransemen di film ini. Tapi secara keseluruhan gue kurang begitu puas dengan film ini.

Salah satu dialog yang gue suka di film ini
"Hidup jangan coba-coba. Kamu harus serius. Kalo enggak nanti hidup kamu dicoba terus."

Rate: 4/10

NIZARLAND
"Where The Land Inspires The World"

Jumat, 29 Maret 2013

[Review] Belenggu

Berawal dari tweet mas Verdi Solaiman, yang bikin gue kepo tentang film berjudul Belenggu ini. Sebagai pecinta film Indonesia, dan katanya ini bergenre Thriller, gue sangat tertarik untuk nonton film ini di bioskop. Kalo inget "Film Indonesia", "Thriller", gue langsung keingetan Rumah Dara. Dan itu jadi salah satu film favorit gue. Gak sabar aja rasanya, mau nonton di bioskop sambil "menggelinjang" ngeliatin aksi kejam di film bergenre Thriller ini.

Gue nonton film ini sekitar beberapa minggu yang lalu di Blok M Square, SENDIRI!!!, sehabis pulang kantor. Gue rela-relain nonton karena beneran tertarik sama film ini. Rasa kesel gue muncul ketika banyak temen kantor yang gue ajakin "nonton film belenggu yuk?!". Dan mereka merespon "Ah film apaan tuh? Film Indonesia. Lebay. Ceritanya hantu-hantuan esek-esek doang palingan". Dan mereka makin gak mau nonton setelah melihat poster belenggu yang menurut mereka seperti film Indonesia lainnya yang sama sekali gak tertarik untuk ditonton.


Walaupun gak ada yang nemenin, dan bioskop yang muterin tinggal Blok M Square sama satu bioskop lagi, gue rela untuk nonton film ini. Karena sebegitu penasarannya sama film ini. Ditambah katanya film ini akan diputer di International Film Festival di Italia atau dimana gitu dan juga banyak beberapa review yang bilang film ini oke banget. Dan gue pun memiliki ekspektasi tinggi untuk film ini.

Dateng. Masuk bioskop dengan ekspektasi yang tinggi. Ternyata beberapa menit diawal itu emang agak membosankan. Gue berusaha untuk menikmati film ini, tapi enggak sebegitunya enjoy untuk dinikmati. Film ini mulai seru ketika sudah mulai si Polisi mencari siapa pembunuh sebenernya. Disitu mulai sedikit lebih seru, karena kita dipancing untuk berfikir "lah, siapa ya pembunuhnya?".

Tetapi gue akuin, dari segi pengambilan gambar, tone warna, dan kemampuan Art Director untuk membentuk lingkungan sekitar bener-bener keren dan menambah nilai positif untuk film ini. Dan gue suka ngeliat Abimana dalam berakting. Sebegitu berasanya mental dia terganggu.


Kalo lo liat poster film ini, pasti lo akan menyangka film ini banyak adegan "sadis", tapi pada kenyataannya, adegan "sadis" ini banyak yang gak diperlihatkan. Gak seseru pada Rumah Dara yang bikin penonton ngilu sendiri saat nontonnya. Jadi kalo menurut gue, film ini dibilang Thriller, gak terlalu Thriller. Dibilang Horror, juga bukan horror. Lebih ke psikologis gitu sih ya.

Dan kata orang-orang, ending filmnya akan twist dan seru banget. Tapi sejujurnya, gue di beberapa menit sebelom ending udah bisa menebak siapa pelakunya, karena orang di film itu cuma itu-itu aja. Dan ending film ini pun gak "cetar" dan membuat gue berfikir "anjir!! ternyata dia pelakunya". Tapi lebih ke "Tuh kan, bener dia". Untuk menjelaskan ending ini bener-bener dijelaskan secara detail satu persatu, sehingga penonton sudah keburu nebak siapa pelakunya, sebelom ending itu sampai pada klimaksnya.

Sebagai pecinta Film Indonesia, sejujurnya gue sudah memiliki ekspektasi yang tinggi untuk film ini, tapi ternyata hasilnya gak sesuai ekspektasi gue. So sorry, I can't really enjoy this movie.

Rate: 5.5 / 10

NIZARLAND
"Where The Land Inspires The World"

Minggu, 03 Februari 2013

[Review Film] 3SUM

Siapa yang udah nonton 3SUM? Emang agak gimana sih ketika orang nanya "Mau nonton apa?" Trus kita jawabnya "Trisam". Kamis kemaren itu gue abis nonton Film 3SUM di Planet Hollywood. Bukan nonton film biasa gitu, tapi nontonnya, nobar yang diadain sama Moviegoers.

Awalnya gue tertarik nonton film ini karena pertama ini Film Indonesia. Gak tau kenapa, gue lagi suka-sukanya aja nontonin Film Indonesia. Kayaknya ada perasaan menggelinjang kesenengan + bangga gitu. Gak tau ya, itu sih yang gue rasain. Seneng yang susah dijelasin dengan kata-kata. Kedua, film ini omnibus dan sutradaranya itu bukan yang udah nge-hits macem riri riza, atau hanung, gitu-gitu lah. Tapi justru itu yang bikin gue tertarik buat nonton. Biar ada tantangan ke diri sendiri "Tuh, dia bisa loh bikin film kayak gitu, bagus, bisa tayang di bioskop pula. Ayo dong zar, lo juga bisa." Amin, semoga suatu saat ya.

Film 3SUM ini merupakan omnibus dari 3 film. Film pertama judulnya Insomnight yang genre-nya horror. Kedua judulnya Rawa Kucing yang agak drama. Dan yang ketiga Impromptu yang bergenre action. Selain 3 genre yang berbeda, film ini juga digarap oleh 3 sutradara berbeda. Mungkin itu lah disebut dengan 3 SUM.

Ini pas judulnya Insomnight (sumber: hot.detik.com)

Gue sih suka ya sama film ini. Salah satu Film Indonesia yang bikin gue seneng "Yeay!!! Akhirnya gue nonton. Keren!!". Macem itu lah. Di Insomnight, gue suka banget sama pelototan mata Winky Irawan yang bikin gue penasaran, aduh ini kenapa sih. Trus shot nya yang kebanyakan dikamar, dengan alur yang sedikit lambat, terus akting yang gelisah beneran bikin gue sebegitu gelisahnya. Gue kayak "Arrrgggh!!! Kenapa sih ini?". Jadi geregetan sendiri gitu lah. Deg-deg-an-nya juga dapet. Dan pas di-ending ternyata "Eyaaa, ternyata gitu ya".

Judul kedua rawa kucing sih gue suka banget sama wardrobe dan art directornya. Tata ruang, asesoris, baju dll. Top sih kalo menurut gue. Dan lawaknya juga dapet. Di bagian ini gue nge-fans banget sama "Afung". Yang jadi kakaknya si Ayin. Gue se-suka itu sih dengan aktingnya dia. Bahkan menurut gue, dia lebih total aja aktingnya dibanding Ayin. Tolong kalo ada crew and cast nya yang baca. Sampaikan salam saya buat Afung yah :D. Oh ya sama soundtrack di akhir Rawa Kucing juga bagus sih. Enak aja didengernya. Trus santai, sederhana, tapi menyentuh. Mantep lah.

Nah yang kiri ini afung. (Sumber: entertainment.kompas.com)

Di bagian Impromptu ini yang menurut gue agak kurang. Emang sih gue tau bikin film Action gak segampang bikin drama karena butuh gerakan, sound effect yang pas. Trus efek macem darah lalala yang pas juga. Berantemnya udah lumayan oke sih, tapi kayaknya kurang gimanaaa gitu. Kayaknya kurang nampol aja. Kurang menggugah adrenaline gue gitu. Yaudah gitu. Endingnya juga gitu. Sejujurnya gue gak terlalu suka impromptu dibandingkan dua genre yang awalnya. Tapi masih tetep oke untuk film action indonesia lah.

Gue suka sama film ini, sayang banget gak bisa ngobrol-ngobrol langsung sama sutradaranya. Karena waktu itu gue dapet pemutaran yang jam 9.25, jadi gak ada sesi tanya jawabnya kayak yang pemutaran jam 19.00. Kalo menurut gue pribadi kekurangannya itu:
1. Sound masih ada beberapa yang gak sync antara suara dan gerakan bibir
2. Bagian impromptu, actionnya kurang gereget + efek darahnya masih keliatan "yah itu mah betadine" atau apalah. Kurang "darah".
3. Banyak editing yang masih kasar. Jadi keliatan gak kontinyu. Ketara banget.

Impromptu (Sumber: Muvila.com)

Hmmm apa lagi ya? Mungkin itu aja kali ya. Tapi secara keseluruhan gue puas nontonnya. Gue sangat rekomen kalian untuk nonton film ini. Film ini sutradaranya masih tergolong baru, bahkan artis dan figurannya pun juga bukan yang mainstream,yang sering muncul di layar lebar gitu, tapi aktingnya gak kalah sama yang udah papan atas. Pokoknya gue suka lah sama film ini. Gue yakin perfilman Indonesia kedepannya bakal lebih berkembang. Ayo dukung terus film indonesia. Simpel aja, nonton filmnya di bioskop :)

Rate: 7.8/10

P.s: This post is my honest opinion. I'm not pro movie reviewer or pro filmmaker, or something. I'm just amateur filmmaker who love watch indonesian movie.

NIZARLAND
"Where The Land Inspires The World"